Mewaspadai Semut-semut Pilkada di Indonesia


Banyak daerah di Indonesia 3 bulan lagi akan mengadakan pilkada. Pemilihan kepala daerah serempak yang sebenarnya dikerjakan pada bulan September, sangat terpaksa diundur jadi bulan Desember sebab situasi epidemi Covid-19 yang tidak sangat mungkin untuk lakukan kampanye dan kumpulkan massa. Ini sesuai Perppu Nomor 2 Tahun 2020 mengenai ketentuan tehnis KPU.
Jahe Bermanfaat Bagi Kesehatan Ayam Laga
Beberapa partai juga mempersiapkan kader-kader terbaik untuk memeriahkan kontestasi politik 5 tahunan itu. Sebutlah saja Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo yang sudah memperoleh amanat dari DPP PDIP untuk maju dalam penyeleksian walikota Solo.
Begitupun dengan Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto yang sudah memperoleh restu dari DPP Gerindra untuk turut dalam pemilihan kepala daerah di Tangerang Selatan.Persaingan perebutan kedudukan publik ini pasti memperoleh sorotan dari beberapa golongan. Kekuasaan dan akses yang didapatkan saat sukses jadi juara bisa menjadi alat untuk memuluskan agenda-agenda kebutuhan, baik kebutuhan rakyat atau kebutuhan oligarki. Hingga tidak bingung, saat pasangan calon sudah diputuskan, banyak semut-semut banyak yang datang untuk memberikan dukungan paslon itu.Seperti pepatah dimana ada gula disana ada semut. Pasangan yang menang, sangat mungkin untuk memberi keuntungan ekonomi dan sosial periode pendek atau periode panjang. Keadaan politik kita masih terbelenggu dengan politik transaksional sebagai pekerjaan rumah tertentu untuk membuat bangsa yang demokratis. Minimal ada dua tipe semut yang akan turut memanasi keadaan pemilihan kepala daerah:Pertama, semut hitam. Tipe ini ialah kelompok beberapa orang yang dengan cara suka-rela mengatakan suport pada salah satunya pasangan tanpa ada minta timbal balik apa saja.Seperti semut hitam biasanya yang tidak menggigit serta tinggalkan memar, mereka memberi dukungan didasari persamaan visi yang dibawa, atau lihat kecocokan ciri-ciri pasangan itu untuk pimpin satu wilayah.Mereka tanpa ada dibayar sepeser juga ingin untuk lakukan kampanye-kampanye politik untuk menyukseskan pasangan yang dibantu. Bukan jadi rintangan buat mereka saat situasi finansial pasangan kurang oke, sebab sebagai daya tawar mereka ialah visi misi dan keinginan untuk perkembangan wilayah.Dalam contoh-contoh, mereka menjadikan satu diri dalam pergerakan "sukarelawan" yang bergerak di tataran grassroot. Oleh karenanya kedatangan mereka penting dalam sampaikan propaganda-propaganda politik pada warga, khususnya di beberapa daerah yang akses infonya terbatas.Ke-2, semut merah. Kelompok ini ialah kebalikan dari semut hitam di atas. Sama seperti yang diketahui, jika semut merah biasanya senang menggigit serta tinggalkan rasakan sakit. Analogi berikut yang pas dikasih ke mereka yang memberikan dukungan paslon untuk memperoleh keuntungan pribadi.Banyak pasangan yang harus terpaksa memuat semut-semut merah ini sebab biaya politik yang mahal dan kritis ketokohan. Makin banyak semut merah yang tiba, makin kemungkinan besar kemenangan didapat. Sebab saat mereka bergabung, karena itu sumber daya keuangan serta info buat calon pasangan akan makin besar hingga kampanye-kampanye yang dikerjakan untuk memberikan keyakinan konstituen makin gampang.

Postingan populer dari blog ini

capacity to help people relax

Shashalee Forbes (10.96 secs) as well as Natasha Morrison (10.98 secs) in Kingston

Certainly there certainly are actually some limitations on in Japan currently